18.20 | Posted in



MOHON MAAF BAGI PARA PENGUNJUNG ELWAHA FM YANG INGIN DOWNLOAD LAGU - LAGU DANGDUT UNTUK SAAT INI FASILITAS DOWNLOAD BISA DI KLIK MENU MP3 DANGDUT DI ATAS ATAU LINK DI BAWAH INI KARENA SUDAH DI BUATKAN BLOG TERSENDIRI


klik link berikut ini "dangdutsonata.blogspot.com"

TENTUNYA LEBIH LENGKAP DAN UPDATE,DEMIKIAN HARAP MAKLUM DAN JANGAN BOSAN - BOSAN UNTUK BERKUNJUNG TERIMA KASIH..............



Luangkan Waktu Libur untuk Tanah
Apa yang Anda lakukan di hari libur, khususnya Sabtu dan Minggu?

UNAS

Tiga tahun sekali Depdiknas kita mengadakan hajatan besar. Tak tanggung-tanggung hajatan untuk tahun 2008/2009 pemerintah mengalokasikan dana sekitar Rp 439 miliar. Sekitar Rp 83 miliar untuk biaya pemantauan dan pengawasan yang dilakukan oleh sekitar 1 juta pengawas dan sekitar 55.000 pengawas dari perguruan tinggi dan organisasi frofesi(kompas,20/4/09). Hajatan besar ini tak lain dan tak bukan adalah pelaksanaan Unas. Memang di sisi positif Unas bertujuan untuk mengangkat harkat martabat dunia pendidikan kita yang kalah jauh dari negera-negara Asia serta proses sejauh mana mutu pendidikan kita dengan siswa sebagai objek peningkatan sumber daya manusia masa depan.
Namun, mengapa setiap kali hajatan besar yang didanai dengan biaya tidak sedikit itu selalu dihiasi praktik-praktik kecurangan. Apakah ini sinyalemen yang menunjukan bahwa masih carut marutnya sistem dunia pendidikan kita yang belum siap melaksanakan hajatan besar ini?. Praktik-praktik kecurangan ini selalu melibatkan guru dan siswa.

Kabar-kabar di media yang mengindikasikan adanya soal bocoran kepada siswa, kunci jawaban melaui hand phone bahkan sampai tercium adanya pencurian soal-soal yang di segel, bukan cara yang benar untuk mencapai hasil Unas.

Beberapa elemen masyarakat seolah-olah menutup mata dengan kecurangan yang terjadi, padahal ini masalah yang mendasar akan boroknya moral generasi bangsa masa depan;dari sinilah calon-calon generasi pejabat busuk, politisi busuk, dan pelayan masyarakat busuk ditetaskan. Ketika kecurangan itu terus berlangsung maka secara berkesinambungan pula kita melahirkan dan membesarkan generasi-generasi penerus bangsa yang kelak akan menggerogoti tubuh bangsa dan negara ini, generasi yang selalu hidup dalam kecurangan untuk mendapatkan segala tujuan yang diinginkannya tanpa melihat nilai positif dan negatifnya. Seharusnya kita berfikir realistis dan visioner dalam menyikapi praktik kecurangan Unas. Timbulkan pertanyaan dari hati nurani, sadarkah kita apa hakikat tujuan pendidikan nasional yang sebenarnya? Kecurangan timbul karena sebagian pihak tidak bisa menerima dengan lapang dada kegagalan siswa dalam Unas. Kegagalan siswa akan tertuju kepada kinerja guru sebagai ujung tombak Unas dan lembaga pendidikan sebagai pencetak generasi penerus bangsa dan pada akhirnya pemerintah dan masyarakat (orang tua siswa) menghakimi bahwa guru dan lembaga pendidiklah yang telah gagal memberikan proses pengajaran dengan baik.


Foto Pelajar Indonesia di salah satu Sekolah

Di negara kita keberhasilan pendidikan diukur dari kelulusan seorang siswa pada Unas. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan guru ketika melihat anak didiknya tidak lulus? Tentunya akan timbul pertanyaan apakah guru itu kurang maksimal mempersiapkan kematangan siswanya dalam menghadapi Unas.

Padahal kalau kita mengetahui taksonomi Bloom dengan enam fase akusisi pengetahuannya. Kohlberg dengan tahapan perkembangan moralnya. Perkembangan usia pada diri anak sejak usia taman bermain sampai dewasa ternyata memiliki karakteristik perkembangan sosial, moral, emosional, dan kognitif, ini menunjukan tak kalah pentingnya pendidikan moral dan budi pekerti daripada kognitif.

Dengan menerima kegagalan siswa berarti secara tidak langsung kita membuka mata siswa bahwa kelulusan Unas adalah awal perjuangan mereka untuk membesarkan bangsa ini. Berarti sebenarnya kalau kita mau menerima dengan lapang dada, justru kegagalan Unas adalah filter bagi siswa, guru dan pemerintah untuk mempersiapkan dan menyeleksi generasi penerus bangsa yang benar-benar berkualitas dan siap di segala bidang untuk mewarisi kejayaan negara ini. Disinilah harus adanya kerjasama dan komitmen bersama semua elemen masyarakat guru dan pemerintah dalam menyikapi isu masalah praktik kecurang Unas. Kita semua berharap siswa yang lulus Unas tanpa melalui proses kecurangan adalah generasi penerus bangsa yang siap membangun bangsa ini demi untuk kesehjahteraan bangsa dan negaranya. Kita juga tidak ingin siswa yang lulus Unas dengan proses kecurangan adalah generasi yang akan membuat masalah bangsa dan negara ini semakin terpuruk. Ini menjadi tanggung jawab moral bersama jika kita ingin menghapus isu praktik kecurangan Unas untuk masa depan generasi bangsa yang lebih bermoral.

Meluluskan siswa dari Unas dengan praktik kecurangan merupakan tujuan jangka pendek yang mementingkan kepentingan sesasaat dan kepuasan individu yang akan menghancurkan moral kejujuran generasi penerus bangsa. Sebuah ilustrasi sebagai renungan bersama. Seoarang siswa membuat tugas makalah dengan judul “Mengembangkan Sikap Jujur untuk Meraih Kesuksesan Mengikuti Ujian Nasional” yang referensinya ia dapat dari internet. Jujur tapi tidak lulus atau tidak jujur tapi lulus? Pertanyaan anekdot saya ajukan kepada siswa yang membuat makalah itu. Dia memilih tidak jujur tapi lulus! Mengapa pikirannya tidak mampu menjawab jujur tapi lulus?

Unas 2010 tinggal menghitung hari, semoga semua kecurangan-kecurangan Unas di tahun-tahun sebelumnya tidak terjadi lagi. Dan generasi Indonesia tidak besar karena kecurangan sehingga Unas tidak menetaskan generasi busuk.

IB: iB memiliki produk perbankan yang sangat...
Bersyariah, Nyaman Nggak Ya?
Oleh Endang Rosaw...
Category:
��