17.16 | Posted in


JAKARTA - Masa orientasi siswa (MOS) telah tiba. Mulai hari ini, sejumlah daerah mengadakan MOS bagi siswa baru. Contohnya, DKI Jakarta dan beberapa wilayah lain. Untuk mencegah terulangnya kasus kekerasan selama MOS, Depdiknas menekankan agar sekolah menghindari kegiatan yang menyimpang.

Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Depdiknas Suyanto mengatakan, sudah tidak zamannya lagi MOS dilaksanakan dengan perpeloncoan dan kekerasan. Sekolah sebaiknya mengenalkan budaya dan lingkungan baru kepada siswa. ''Sebab, siswa memang memasuki dunia baru. Kenalkan siswa dengan budaya dan kebiasaan baru yang ada di sekolah,'' jelasnya.

Menurut dia, kesan dan citra baik akan berpengaruh secara psikologis terhadap siswa. Sebaliknya, perlakuan buruk juga demikian. Dia menyebut, mayoritas siswa mengalami DO lantaran tidak bisa menyesuaikan diri atau mendapat berbagai persoalan pada tahun pertama sekolah. ''Kalau MOS dilaksanakan dengan baik, diharapkan angka DO berkurang,'' jelasnya.

Sekolah, kata Suyanto, wajib memberikan proses pendidikan yang baik kepada siswa. Yaitu, pendidikan dasar maupun spiritual. ''Termasuk, bagaimana sekolah membentuk perkembangan emosi siswa yang sedang memasuki masa remaja,'' jelasnya.

Karena itu, MOS jangan dijadikan ajang untuk balas dendam. Kepala sekolah harus mengawasi ketat pelaksanaan MOS. Apalagi, saat ini manajemen berbasis sekolah (MBS) sudah diterapkan. ''Kepala sekolah memiliki kewenangan mengawasi dan menindak langsung bila terjadi pelanggaran,'' ujar pejabat asal Ngawi itu.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan, hari ini pihaknya me-launching MOS di wilayahnya. Dia menegaskan, sekolah harus disiplin untuk tidak melanggar aturan. Sebab, tahun lalu ada beberapa sekolah yang masih memberlakukan kekerasan terhadap siswa baru. Ketika itu, dia menindak tegas para kepala sekolah tersebut. (kit/oki)
Category:
��

Comments

0 responses to "Depdiknas Warning soal Kekerasan Selama MOS ( Jawa pos 13 juli 2009 )"