19.54 | Posted in


MENJADI seorang akademisi seperti sekarang sebenarnya bukanlah cita-cita yang diinginkan Prof Dr H Supari Muslim MPd. Pria yang berulang tahun berbarengan dengan Hari Pahlawan itu sebenarnya hanya ingin menjadi pegawai biasa di perusahaan atau pabrik. Namun, kepandaian yang dimilikinya membawa pada nasib lain. Dia kini menjadi seorang profesor (guru besar) pendidikan teknologi kejuruan spesialis bidang teknik elektro Unesa. "Saya dulu dipaksa oleh salah seorang dosen untuk melanjutkan studi menjadi seorang sarjana," kata Supari mengenang.

Kala itu, pada 1975, dia dinyatakan lulus sebagai sarjana muda dari Fakultas Pendidikan Kejuruan Teknik Jurusan Teknik Elektro Unesa (dulu IKIP Surabaya). Karena ingin segera bekerja, Supari mengajukan lamaran ke berbagai perusahaan.

Karena termasuk mahasiswa pintar yang lulus cepat dengan nilai memuaskan, banyak perusahaan yang menerima. Namun, sambutan hangat dari beberapa perusahaan itu tidak dijalani. Akhirnya, Supari memilih melanjutkan kuliah, berbekal beasiswa Supersemar yang diberikan kepadanya.

"Selama kuliah untuk menuju sarjana, saya benar-benar mandiri. Lepas dari orang tua, biaya kuliah saya sendiri yang menanggung," ungkap pria yang tahun ini akan berusia 58 tahun itu.

Demi mencukupi kebutuhan itulah, kakek dua orang cucu tersebut rela bekerja keras. Selain kuliah, dia mencari pendapatan tambahan sebagai seorang guru di sekolah kejuruan. Pria kelahiran Magetan itu pun tidak menolak ajakan dosen untuk menjadi asisten. "Praktis hari-hari saya padat dengan berbagai kegiatan. Pagi kuliah, di sela-sela kuliah menjadi asisten dosen. Sore sampai malam mengajar di sekolahan," cerita dia.

Tapi, padatnya kegiatan itu tidak lantas membuat semangatnya memudar. Supari justru bersyukur bisa mengenyam pendidikan sampai sarjana. Sebab, dia ingin membanggakan kedua orang tuanya, HM. Muslim-Hj Nuning Pariyem. "Bapak dan ibu tidak bisa mewujudkan cita-cita mereka menjadi guru. Padahal, sekolahnya tinggal tiga bulan lagi," ujarnya. "Mereka dilarang sekolah tinggi-tinggi dan disuruh langsung praktik bekerja lain saja," lanjut dia.

Akhirnya, kedua orang tua Supari mengambil jalan sebagai seorang pedagang demi mendapatkan uang untuk menghidupi 12 anaknya. Karena itulah, sejak kecil Supari terbiasa kerja keras. Bahkan, saudara-saudaranya melakukan hal yang sama dengan dirinya. "Semua anak pasti membantu bapak dan ibu," ungkapnya.

Bantuan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan mereka. Jika ada yang kuat mengangkat barang dagangan seperti padu, jagung, kedelai, atau lainnya, mereka melakukannya. Bila tidak, bisa membantu kegiatan lain. "Saya kebagian angon (menggembala) kerbau dan sapi," ucap Supari.

Aktivitas menjaga hewan ternak itu dilakukan setiap hari. Setelah pulang sekolah, Supari yang masih duduk di bangku sekolah dasar selalu bepergian ke sebuah ladang dengan hewan ternak. Di sela waktu angon tersebut, ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unesa itu membawa buku. Jadi, sambil mengawasi hewan, dia juga mengisinya dengan belajar. "Sepulang angon, saya kembali sekolah. Tapi, bukan sekolah umum, melainkan sekolah agama, diniyah," kata anak kedua di antara 12 bersaudara itu.

Meski untuk mendapatkan ilmu tidaklah mudah, Supari pantang menyerah. Saat duduk di bangku sekolah teknik (setara SMP) di Magetan, dia juga tetap bekerja membantu orang tua. "Pagi, habis subuh sebelum berangkat sekolah, saya mencari rumput dulu," ujar dia. Setelah itu, dia baru berangkat sekolah. Dia harus menempuh jarak yang lumayan jauh dengan mengendarai sepeda onthel. "Waktu STM, saya malah sekolah di Madiun, setiap hari pulang pergi Madiun-Magetan menempuh jarak 40 kilometer. Juga naik sepeda onthel," lanjutnya.

Perjuangan yang berat itu akhirnya menuai hasil yang istimewa. Gelar akademis tertinggi sukses direngkuhnya. (may/ayi)

Prof Dr H Supari Muslim MPd

Lahir: Magetan, 10 November 1951

Istri: Dra Hj Endang Purwandari.

Anak:

1. Dr Erina Rahmadyanti ST MT

2. Nita Kusumawati SSi MSc

3. Viana Primasari SE

Jabatan: Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM)

Universitas Negeri Surabaya (Unesa)

Aktivitas:

Supari tentang Supari

Pada 1975 lulus sarjana muda.

Mulai awal kuliah tingkat tiga sudah mandiri. Membiayai sekolah sendiri.

Setelah lulus sarjana muda, dia "terpaksa" melanjutkan pada tingkat sarjana. Dia berbekal beasiswa Supersemar. Juga, bekerja menjadi guru STK serta asisten dosen.

Setelah lulus sarjana pada 1978, langsung diangkat sebagai dosen.

Pada 1987, dia lulus dengan menyandang gelar master dari Universitas Negeri Yogyakarta. Karirnya di dunia akademis pun terus meningkat.

Untuk memantapkan kemampuan di bidang pendidikan, pada 1995 dia menyelesaikan pendidikan S-3 di Universitas Negeri Jakarta.

Pada 2002 dia ditahbiskan sebagai Guru Besar Unesa. Sumber Jawa Pos 15 Juli 2009
Category:
��

Comments

5 responses to "Semangat Sekolah Prof Dr H Supari Muslim MPd"

  1. Anonim On 4 September 2010 pukul 12.57

    aku akan selalu mengingat jasamu petuahmu prof.supari.

     
  2. Wahyu PIWI On 19 September 2010 pukul 20.17

    Terima Kasih Prof. Supari... atas segala petuahmu yang sangat bermanfaat..

     
  3. Anonim On 12 Oktober 2011 pukul 02.03

    .
    .keberhasilan gak boleh di omongkan.....

     
  4. Anonim On 12 Oktober 2011 pukul 02.05

    ada terlalu sombong.....

     
  5. Anonim On 5 Mei 2014 pukul 20.37

    ....