05.20 | Posted in ,

Ekspansi gerakan keagamaan yang dianggap mengancam tradisi warga Nahdliyin tampaknya merata di kota-kota besar hingga pelosok. Itu juga dirasakan masyarakat Pulau Seribu. ”Mereka mulai berani mengharamkan tradisi yang selama ini dipraktikan kalangan Nahdlatul Ulama seperti tahlil atau ziarah kubur di masyarakat pulau,” kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Nahdlatul Ulama Kepulauan Seribu Mawardi Abdul Ghani. Itu disampaikannya saat menjadi narassumber dalam acara Silaturrahim dan Buka Puasa Pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Kepulauan Seribu di Gedung Yayasan Ar-Rahman Pulau Tidung, Minggu (28/10).


Dalam amatan Mawardi, gerakan ini dibawa oleh mahasiswa yang tengah kuliah di Jakarta dan aktif di gerakan dakwah kampus. Mereka, tambahnya, juga berkembang melalui gerakan partai. Mawardi mengaku sempat mendapat SMS (short message service) dari salah seorang lurah yang isinya mengharamkan tradisi tahlilan. ”Jadi saya bilang saja ke para pejabat, kalau begitu biar tidak berbenturan masing-masing mengurus urusannya. Yang pemerintah mengurus pemerintah, yang agamawan ngurus dakwah. Jangan campur aduk,” ia bercerita.

Karena itu, menurut mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Ciputat ini, IPNU selayaknya menjadi organisasi anak-anak muda NU yang mengawal dan terus mengembangkan tradisi yang selama ini berkembang di lingkungan Nahldliyin. IPNU bisa menjajga agar kader-kadernya tak terjebak dalam gerakan ini.

Soal menjaga tradisi, tokoh muda Pulau Tidung Alamsyah M. Dja’far juga segendang sepenarian. Menurutnya tradisi-tradisi yang berkembang itu sesungguhnya memiliki nilai dan spirit yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. ” Tahlilan misalnya. Ia tidak sekadar ritual keagamaaan, tapi juga forum urun rembuk untuk soal-soal sosial maupun ekonomi masyarakat. Di forum ini bapak-bapak kita dulu sering mendiskusikan dan sharing pengalaman tentang strategi meningkatkan hasil tangkapan,” katanya memberi contoh.

Di tengah maraknya gerakan yang eksklusif (tertutup), IPNU menurut Alam, sapaan akrab Alamsyah, juga bisa menjadi kelompok yang mengembangkan pemikiran dan sikap keagamaan yang lebih moderat, terbuka, tidak ekstrim. Sebab ciri khas keagamaan NU adalah sikap keagamaan yang toleran (tasamuh) kepada beragam perbedaan.

Ia menjelaskan, dalam NU tradisi toleransi ini tampak dalam corak fikih yang elastis dan kontekstual seperti yang muncul dalam kaidah -kaidah fikihnya. Kegiatan sore itu dihadiri lebih dari 30 orang pelajar putera-puteri. Dari pihak pemerintah, Sarjono hadir mewakili Lurah Pulau Tidung. Mewakili pemerintah setempat, ia menyambut baik kegiatan ini dan berharap kader-kader IPNU juga bisa berkiprah lebih jauh untuk memberi sumbangsih bagi kehidupan masyarakat Pulau Tidung secara bersama-sama. [alm]

��

Comments

0 responses to "IPNU"